Sabtu, 13 April 2013

BAB II, sekripsi teknik elektro



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan Teknologi GSM
Sistem komunikasi bergerak seluler adalah sistem komunikasi yang digunakan untuk memberikan layanan jasa telekomunikasi bagi pelanggan bergerak. Disebut sistem seluler karena daerah layanannya dibagi-bagi menjadi daerah kecil-kecil yang disebut sel. Pelanggan mampu bergerak secara bebas di dalam area layanan sambil terus berkomunikasi tanpa terjadi pemutusan hubungan, dimana salah satu atau keduanya bergerak atau diam pada suatu lokasi tertentu dan dihubungkan oleh terminal tetap yang disebut Base Station.

2.1.1 SejarahGSM
Sistem komunikasi bergerak selular analog yang beroperasi di Eropa bersifat sangat regional, dimana masing-masing negara mengoperasikan sistem yang berbeda dan tidak kompetibel satu dengan lainnya, akibatnya setiap sistem hanya dapat dioperasikan di wilayah negara tertentu. Kondisi ini sangat tidak menunjang kegiatan mobilitas masyarakat negara Eropa yang sering berada di negara lain, baik untuk tujuan bisnis maupun wisata, belum lagi ditambah dengan rencana terbentuknya European Community, kondisi tersebut sama sekali dapat dipertahankan.
Atas dasar pemikiran tersebut dan tanpa merugikan salah satu sistem yang telah beroperasi, serta untuk menciptakan sistem yang jauh lebih baik dari yang sudah ada, maka Perancis (France Telecom) dan Jerman (Bundespost) sepakat untuk memelopori munculnya teknologi digital seluler yang kemudian dikenal dengan nama GSM, dengan dukungan dari Industri telekomunikasi kedua negara tersebut.
Melalui pengkajian yang sangat mendalam, akhimya ETSI (Europen Telecomunication Standar Institute) dapat menerima GSM sebagai standar Eropa pada pertengahan tahun 1991, dengan munculnya system GSM yang sudah terstandarisasi tersebut, sistem lain yang beroperasi di Eropa perlahan-lahan hilang.
Pada mulanya sistem telepon bergerak (STB) dirancang dengan memilih satu kanal atau lebih dari alokasi frekuensi tertentu yang digunakan pada daerah pelayanan yang luas, STB seperti ini dikenal dengan sistem yang konvensional. Dalam sistem ini, satu base station mengelola semua proses pembicaraan, sehingga memerlukan daya pancar yang tinggi untuk mencakup seluruh layanan dan satu kanal frekuensi tidak dapat digunakan lagi (unreuse) dalam sistem yang sama. Dengan demikian jumlah pemakai dibatasi oleh jumlah kanal frekuensi yang ditetapkan dalam sel tersebut sehingga kapasitas pemakai menjadi terbatas.
Karena keterbatasan tersebut kemudian dikembangkan sistem yang membagi daerah layanan yang luas menjadi beberapa sub area (sel) yang saling bersentuhan, sistem ini dikenal sebagai sistem selular. Dalam sistem selular, pelanggan yang bergerak keluar dari cakupan suatu sub area akan dipindahkan dari sel yang satu ke sel yang lain melalui proses handover handoff. Sistem ini mempunyai keuntungan antara lain jumlah pelangggan yang besar dan memiliki kualitas layanan yang lebih baik dari sistem konvensional.
2.2 Konsep Dasar Telepon Seluler
2.2.1   Konsep Sistem Seluler
Sistem radio seluler membagi wilayah layanan dalam beberapa daerah cakupan yang kecil (sel) yang tersusun sedemikian rupa sehingga mencakup seluruh wilayah layanan. Agar sel-sel tersebut tersusun secara sistematis, maka harus mempunyai bentuk sel yang sama dan beraturan. Bentuk sel tersubut terdapat dalam bermacam-macam pola geometris sel, diantaranya segitiga sama sisi, bujur sangkar atau segi enam sama sisi (heksagonal) namun yang paling dikenal adalah bentuk segi enam sama sisi (heksagonal).
Secara prinsip bentuk sel yang sebenarnya tergantung pada keadaan geografis sehingga membentuk suatu sel yang tidak beraturan. Tetapi untuk mempermudah perencanaan dan pertimbangan ekonomis maka bentuk sel heksagonal merupakan bentuk yang paling cocok dalam sistem radio seluler.
Hal ini disebabkan sel heksagonal memerlukan jumlah yang lebih sedikit untuk mencakup suatu wilayah layanan dibandingkan dengan bentuk sel-sel yang lain.
Untuk mendapatkan suatu perencanaan seluler yang optimal maka perllu dipertimbangkan pengukuran sel yang akan diterapkan. Ukuran dengan radius yang besar akan membutuhkan daya pancar yang besar dan lalu lintas yang ditangani BS akan besar. Dengan radius yang kecil maka kapasitas lalu lintas jaringan akan bertambah sehingga daya pancar yang dibutuhkan menjadi kecil tapi akan sering terjadi proses handover karena radius se| kecil serta jumlah BS yang banyak. Karena itu untuk mendapatkan suatu jaringan seluler yang optimal diperlukan adanya suatu pengaturan ukuran sel, sesuai dengan letak geografis dan kepadatan lalu lintas komunikasi.

2.2.2 Luas Daerah Cakupan Sel
Secara ideal luas cakupan suatu sel adalah suatu lingkaran dengan base station terletak pada pusat lingkaran, dalam prakteknya tidak mungkin mencakup 100% daerah layanan dengan bentuk lingkaran ini karena adanya countour daerah cakupan dan jenis antena yang digunakan. Karena bentuk ideal tersebut tidak dapat dicapai, maka untuk analisis sistem seluler mengisi (Countour of Intertiking Hexagons) dengan base station terletak pada pusatnya. Model ini paling cocok untuk mendekati bentuk ideal suatu lingkaran dan mudah untuk dilakukan sektorisasi. Daerah cakupan untuk bentuk sel heksagonal yaitu :
1. Pelayanan sistem radio selular dalam bentuk sel-sel
2. Sel mempunyai bentuk yang sama dan beraturan agar tersusun secara sistematis.
3. Bentuk sel yang paling sering dipakai berupa segi enam sama sisi (Heksagonal) dan bentuk yang paling ideal berupa lingkaran.
4. Secara ideal cakupan sel berupa lingkaran.
5. Secara analisis/fisik cakupan sel berupa segi enam dengan tujuan agar mudah untuk sektorisasi, mempermudah perencanaan dan pertimbangan ekonomis serta jumlah sel lebih sedikit dari bentuk yang lain.
6. Ukuran radius sel besar sehingga daya yang dibutuhkan besar.
7.  Ukuran radius sel kecil akan sering terjadi Handover.
8. Bentuk sel secara nyata berkurang karena Countour daerah cakupan dan jenis antenna yang digunakan.

2.2.3  Pembelahan Sel (Cell Splitting)
Apabila trafik density mulai terjadi dan kanal frekuensi  pada masing-masing sel tidak cukup untuk mencakup panggilan, sel asli dapat diubah menjadi sel-sel yang lebih kecil. Biasanya radius baru sebesar setengah radius asli.
Radius sel baru = radius sel lama ........................................................   (2.1)
                                                  2

Berdasarkan persamaan di atas, maka :
Radius sel baru = area sel lama .........................................................    (2.2)
                                                  4

Masing-masing sel baru membawa beban trafik maksimum yang sama dari sel lama.
Beban trafik baru = 4x beban trafik lama ..........................................   (2.3)
                   unit area                      unit area

Ada dua teknik pembelahan sel yaitu :
1. Permanent Splitting. Dalam teknik ini instalasi setiap pembelahan sel baru harus direncanakan untuk menghadapi waktu yang akan datang. Jumlah kanal, daya pancar, penyiapan frekuensi, pemilihan cell-site, serta perkiraan beban trafik yang akan ditanggung setiap sel semuanya harus dipertimbangkan.
2.  Dynamic Splitting. Bentuk dari dynamic spilitting didasarkan pada efisiensi penggunaan alokasi spectrum frekuensi pada saat yang tepat. Dimana pada metode ini dihindari pemutusan pelayanan total, karena pembelahan sel dilakukan secara bertahap.
Pembelahan atau pemecahan sel (Cell Spilitting), terjadi karena :
1. Jumlah pelanggan bertambah sehingga kepadatan trafik bertambah.
2. kanal frekuensi pada sel tidak melayani dengan baik permintaan panggilan dari pelanggan.
Dari dua kondisi tersebut diatas maka sel perlu dipisahkan menjadi sel-sel yang lebih kecil (pembelahan sel). Akibat yang dapat ditimbulkan dari adanya pembelahan sel adalah :
1.  Daya pancar BTS baru lebih kecil sehingga gangguan antar kanal lebih kecil atau minimum.
2. Mekanisme handover sering terjadi.
3. Pemasangan BTS baru mambutuhkan biaya yang sangat banyak.

2.2.4 SrukturSel GSM
Untuk mendapatkan perencanaan sel yang optimum dalam suatu daerah diperlukan adanya studi traffic dan analisa cakupan. Langkah ini akan membantu dalam penentuan lokasi site suatu cakupan dari kapasitas pelanggan dalam site tersebut. Dalam hal ini operator dapat memilih pola reuse baik omni sel maupun sektor sel PT. Telkomsel memilih sector sel, karena sector sel menggunakan antena directional yang memfokuskan sinyal pada suatu arah. Dengan sektorisasi maka frekuensi dapat dihemat dan frekuensi dapat digunakan ulang. Konfigurasi yang dipakai dalam GSM adalah 3/9 sel cluster atau 3 site dengan 3 sel per site. Pada gambar 2.1 ditunjukan struktur sel baik omni sel maupun sector sel.
Gambar 2.1 strukture sel

2.2.4.1 Propagasi GSM
Sinyal yang diradiasikan dari suatu antena akan mengalami pengurangan daya sebagai suatu fungsi dari jarak antara penerima dan pengirim, dalam ruang hampa udara kuat sinyal akan menurun sebanding dengan kebalikan kuadrat jarak.
Pada sistem komunikasi bergerak, penurunan kuat sinyal akan mengecil sebanding dengan kemiringan rugi lintasan propagasi yang mempunyai variasi sebagai berikut :
C= R-g =aR-g
Dengan C adalah daya terima, R adalah jarak antara pemancar ke penerima, dan a adalah konstanta. Harga g pada GSM tertetak antara 3 dan 4 bergantung pada kondisi daerah seperti keadaan alam, daun-daunan atau tumbuh-tumbuhan, kondisi cuaca dan derau radio buatan manusia.

2.2.5  Frekuensi
Frekuensi kerja yang ditentukan untuk pengoperasian system GSM menurut CEPT adalah pada frekuensi 900 MHz, dengan alokasi sebagai berikut :
1. 890-915 MHz untuk pemancaran dari MS ke BTS (uplink)
2. 935-960 MHz untuk pemancaran dari BTS ke MS (downlink)
Masing-masing pasangan frekuensi tersebut memiliki lebar pita (bandwidth) sebesar 25 MHz dan dibagi menjadi 124 kanal dengan lebar tiap kanal sebesar 200 KHz. Untuk sistem full duplex, dibutuhkan spasi frekuensi antara pemancar dan penerima sebesar 45 MHz.

2.3 Trafik
Trafik adalah sejumlah pelanggan yang dilayani untuk menduduki suatu saluran. Trafik dapat juga didefinisikan sebagai perpindahan informasi dari suatu tempat lain melalui media komunikasi yang diukur dengan lamanya waktu pemakaian janngan. Teori trafik pada dasarnya merupakan rangkaian proses trafik telekomunikasi yang dibangkitkan oleh pelanggan.
Istilah-istilah dalam trafik adalah sebagai berikut:
1. Offer Trafik (trafik yang ditawarkan) mempakan intesitas trafik yang datang pada saluran untuk diolah.
2. Bloked Trafik (trafik yang tidak diteruskan) merupakan intensitas trafik yang ditawarkan melebihi kapasitas saluran yang tersedia.
3. Over Flow Trafik merupakan saluran dari bloked trafik.
4. Carried Trafik merupakan trafik yang berhasil diolah.
2.3.1   Satuan Trafik
Nilai satuan trafik adalah Erlang yang diambil dari nama seorang ahli matematika berkebangsaan Denmark yaitu Agner K Erlang (1878-1929). Satu Erlang dapat didefinisikan sebagai besar beban yang menduduki satu kanal dan pendudukan sirkit selama satu jam. Satu Erlang juga dapat diasumsikan sebagai kepadatan trafik didalam satu kanal.

2.3.2  Kapasitas Trafik
Kapasitas Trafik merupakan kapasitas jaringan seluler yang menunjukan kemampuan jaringan tersebut untuk dapat melayani berlangsungnya hubungan komunikasi dalam wilayah sel tersebut.

2.3.3  Parameter Trafik
1. Volume Trafik didefinisikan sebagai lamanya waktu pendudukan (satuan detik, menit, dan jam).
V = n x h
Dimana:
V = volume trafik (detik, menit, jam)
N = jumlah panggilan perpelanggan pada 1 jam sibuk
H = rata-rata waktu pelayanan jam sibuk
2.  Intensitas Trafik didefinisikan sebagai jumlah pendudukan rata-rata yang menduduki kanal selama periode waktu tertentu.


Dimana :
A = intensitas trafik
N = jumlah panggilan per pelanggan pada 1jam sibuk
H = rata-rata waktu pelayanan jam sibuk ( detik)
T = periode pengukuran (detik)
3.  Holding Time adalah lamanya panggilan menduduki susatu kanal. Konsep jam sibuk (Busy Hour) merupakan periode 60 menit terus menerus dimana selama itu terjadi intensitas trafik yang paling padat.

2.3.4  Kongesti Trafik
Kongesti trafik adalah keadaan dimana semua server sedang dalam keadaan diduduki panggilan secara bersamaan pada suatu waktu. Pelayanan kongesti ada dua macam antara lain :
1. Sistem Tunda (Delay Sistem)
Saat terjadi kongesti, sejumlah panggilan tidak segera dilayani tetapi disimpan dalam ruang tunggu sampai tiba waktunya dilayani.
2. Sistem hilang (Loss Sistem)
Saat terjadi kongesti, panggilan yang datang ditolak (Reject Call) dan hilang (Lost Call).


2.3.5  Formula Trafik
Formula trafik yang sering digunakan adalah distribusikan Ertang B (dengan menggunakan table Erlang B). jumlah pelanggan maksimum tiap Base Station ditentukan oleh banyaknya kanal tersedia dari GOS (Grade Of Service).

2.4 Arsitektur Jaringan GSM
Susunan umum dari jaringan GSM diperiihatkan pada gambar 2.2
GSM NETWORK

OMC-R
 
OMC-S
 

Gambar 2.2 Arsitektur Jaringan GSM




2.4.1 Stasiun Bergerak / Mobile Station (MS)
MS adalah peralatan luar yang dapat terpasang di kendaraan atau berupa handphone (telepon genggam). MS mempunyai daya output sesuai dengan jenisnya. MS adalah perangkat yang berdiri sendiri (stand alone) untuk layanan atau mendukung hubungan pada terminal external. MS terdiri dari Mobile Equipment (ME) dan a Subscriber. SIM adalah modul subscriber yang menyimpan semua informasi yang bersangkutan dengan pelanggan. Apabila SIM subscriber dimasukan ke dalam ME sebuah MS, MS tersebut menjadi milik subcribers dan panggilan akan dikirim ke MS tersebut. ME tidak berhubungan dengan nomor panggilan ME berhubungan dengan SIM. Dalam hal ini, ME dapat digunakan oleh seorang subscriber apabila SIM dimasukan ke ME.
                 Tabel 2.1 Pembagian jenis MS pada GSM 900
Jenis

Daya output (dBm)

Sensitivitas (dBm)

2

39

-106

3

37

-106

4

33

-104

5

29

-104


2.4.2  Sistem Stasiun Dasar / Base Station Subsystem (BSS)
BSS terdiri dari dua bagian yaitu : Stasiun Pemancar Dasar (BTS) dan Stasiun Pengontrol Dasar (BSC) yang menangani pemancaran atau penerimaan dan fungsi control. Fungsi dari BSS adalah menyediakan penghubung antara jaringan tetap yang menjpakan bagian dari GSM dan jaringan radio.
Sejumlah pesawat pelanggan dapat dihubungkan ke BSS. Selain itu BSS juga mempunyai sebagian fungsi switching untuk menghubungkan kanal radio ke control level berikutnya pada system GSM yaitu pada pusat penghubung bergerak (MSC).

2.4.2.1 Base Tranceiver Station (BTS)
Pada BTS frekuensi penerima (uplink) adalah 890-915 MHz dan frekuensi pancaran (downlink) adalah 935-960 MHz dengan sensitivitas sebesar -104 dB.
Transmisi sinyal suara atau data secara tidak terus menerus (discontinues transmission) untuk menekan tingkat interface yang dihasilkan oleh jaringan pada saat sinyal suara atau data tidak terdeteksi, oleh sebab itu transmisi sinyal suara atau data hanya akan dilakukan jika hanya terdeteksi.
Tiap sel memiliki satu BTS yang menjamin komunikasi radio antar MS sel dan MS dengan jaringan penghubung telepon umum/public switched telephone network (PSTN). Fungsi utama dari BTS adalah menjaga dan memonotoring koneksi ke MS dalam satu sel. BTS dapat menggunakan antenna omni directional (kesegala arah) atau three directional (tiga arah).
Base Tranceiver Station (BTS) berisi semua peralatan radio yang diperlukan untuk operasi pada sel. Beberapa BTS dihubungkan ke sebuah Stasiun Penggontrol Dasar (BSC). BTS melalui BSC dihubungkan ke Pusat Penghubung Bergerak (MSC) yang berfungsi sebagai pusat penghubung BTS merupakan bagian yang berhubungan langsung dengan MS melalui gelombang radio.
BTS dilengkapi dengan antena omni directional (segala arah) atau antena sektoral (umumnya digunakan 120). Hubungan antara stasiun dasar dan stasiun bergerak merupakan bagian penting da system telepon yang bergerak (GSM).

2.4.2.2 Base Station Controller (BSC)
Base Station Controller (BSC) adalah interface antara puss penghubung bergerak (MSC) dan stasiun dasar. BSC dapat melayar satu atau beberapa sel dan beberapa BIS yang melayani sel-sel. BS( juga mengontrol handoff yaitu mengendalikan perpindahan sel dai satu sector (daerah) ke sector lain. Perpindahan ini baik yang beradi antara stasiun dasar ataupun yang berada antara MSC. BSC berfungsi sebagai berikut :
1.  Mengontrol sel-sel yang dikelola
2.  Pemeliharaan dan operasi dari berbagai BTS.
3.  Mengontrol Handover
4.  Konsentrasi trafik
5.  Pengelolaan sumber radio
Adapun fungsi dari BSC adalah pengaturan Mobilitas Pelanggan yang bergerak pindah-pindah, keluar dari satu sel dar masuk ke sel lain. Dalam proses ini diperlukan waktu peralihan namun pembicaraan tidak boleh terasa adanya perubahan atau terasa terputus. Pada system GSM waktu terputusnya pembicaraan terpendek dibanding sistem selular lain.

2.4.2.3 Network Switching Subsystem (NSS)
Fungsi utama dari bagian ini adatah melakukan fungsi penyambungan (switching) bagi MS atau jaringan tetap yang dibutuhkan untuk menghubungkan MS ke jaringan tetap (PSTN/ISDN) atau ke jaringan radio lainya. NSS juga mengatur data base (data pelanggan dan data jaringan), dan mengatur macam signaling yang digunakan untuk membuat dan memutuskan hubungan.
Fungsi pokok dalam NSS Meliputi :
1.      Mobile Service Switching Center (MSC)
MSC merupakan inti dari jaringan GSM, fungsinya untuk menghubungkan pelanggan bergerak ke PSTM atau ke PLMN lainya, untuk menangani permintaan panggilan, MSC dapat mengakses informasi dari ketiga database GSM, yaitu Home Location Register (HRL), Visitor Location Register (VLR) dan Authentication Center (AuC). MSC meng-update ketiga database tersebut sesuai informasi terakhir dari status panggilan dan posisi pelanggan.
2.      Equipment Identity Register (EIR)
EIR menyimpan identitas peralatan dari MS (Mobile Station). Dengan informasi ini MSC dapat mengecek apakah peralatan dari sebuah pelanggan bergerak orang yang berhak, sedang
diteliti, atau tidak. Dalam EIR keadaan MS disusun dalam tiga daftar yaitu:
a.       Daftar untuk MS yang berhak
b.      Daftar abu untuk MS yang sedang diteliti
c.       Daftar hitam untuk MS yang tidak berhak. Ketika EIR menerima suatu permintaan dari MSC maka ia akan mencari IMEI (International Mobile Equipment Identity) yang ada dalam database apakah termasuk dalam daftar hitam, abu atau putih dan mengirimkan kembali data tersebut ke MSC yang menentukan apakah IMEI tersebut masuk dalam satu daftar tersebut atau tidak dikenal.
3.      Authentication Center (AuC)
AuC   adalah    pengukuran   keamanan   dan    memperoteksi informasi  pesawat pelanggan terhadap penggunaan  media udara.  Database AuC juga diproteksi terhadap mekanisme akses yang tidak berhak.
4.      Home Location Register (HRL)
HRL menyimpan semua data-data yang berhubungan dengan pesawat pelanggan. Data statis berisi kapabilitas yang masuk maupun yang keluar dalam area pelayanan MSC tersebut. Data disimpan dalam VLR mengikuti pelanggan jika memasuki area lain.

2.5   Roaming dan Handoff
2.5.1 Roaming
Roaming adalah fasilitas tambahan yang dimiliki oleh suatu sistem komunikasi bergerak selular, dimana memungkinkan seorang pelanggan dapat memanggil pelanggan lain tanpa perlu mengetahui kedudukan atau posisi pelanggan tersebut. Roaming terjadi apabila seorang pelanggan melakukan panggilan melalui MTSO lain dan biasanya melalui MTSC dimana mereka berada. Hal ini biasanya dilakukan oleh pelanggan yang sedang berpergian yang telah meninggalkan daerah asalnya.
Roaming hanya dapat terjadi berdasarkan suatu perjanjian atau kesepakatan dan hanya dapat dilakukan dalam sistem yang sama. Roaming tidak dapat terjadi pada sistem yang berbeda, karena adanya perbedaan teknologi.

2.5.2 Handover
2.5.2.1 Mekanisme Handover
Hand off yaitu proses otomatis pergantian frekuensi ketika unit mobil bergerak kedalam daerah atau sel yang mempunyai kanal dengan frekuens berbeda dengan sel sebelumnya sehingga pembicaraan dijamin akan terus tersambung tanpa perlu melakukan panggilan kembali.

                          
Gambar 2.3 Mekanisme Hand Off

Pada saat mobile station melakukan panggilan, kemudian bergerak keluar dari coverage area base station dimana ia berkomunikasi akan terjadi pemutusan hubungan tersebut didalam sistem radio selular harus pelimpahan penanganan atau handover antara base station yang satu dengan yang lainnya dimana mobile station tersebut berada. Ada beberapa metode didalam proses handover, tergantung pada teknologi yang digunakan. Di dalam sistem selular analog, pengontrolan handover oleh sistem dengan cara secara kontinyu memonitor sinyal yang berasal dari mobile station yang sedang melakukan panggilan atau call untuk megecek kekuatan dan kualitas sinyal yang diterima. Ketika sinyal turun dibawah threshold yang ditentukan, sistem akan mengecek base station lain yang dapat menerima sinyal dari mobile station tersebut lebih baik. Selanjutnya sistem mengalokasikan kanal pada base station yang baru untuk meng-handle percakapan mobile station tersebut, mobile station diperintahkan untuk pindah ke kanal frekuensi yang baru melalui kanal control. Keseluruhan proses pengukuran, pengalokasian kanal, dan handover hanya ditempuh dalam waktu yang sangat cepat sehingga tidak dirasakan oleh pelanggan.
Dalam teknologi digital, tidak hanya base station saja yang melakukan pengukuran sinyal penerimaan, akan tetapi mobile station juga turut membantu proses handover. Mobile station dapat mengukur sinyal yang diterimanya dari base station terdekat pada saat non-aktif times slots, kemudian hasil pengukuran tersebut dilaporkan ke jaringan yang menentukan dan melakukan handover.

2.5.2.2 Proses Handover
Proses hand off dengan cara MS secara terus menerus memonitor sinyal yang dipancarkan dari BTS yang diduduki oleh BTS lainnya, monitoring meliputi pengukuran sinyal strength dan BER (Bit Error rate), gabungan pengukuran menentukan network membuat keputusan handover lebih cepat. BSC mengendalikan handover jika terjadi antar sel-sel di bawah kendali BSC yang sama. Jika handover melibatkan sel-sel yang berada di bawah kendali BSC yang lainnya maka proses handover akan dikendalikan oleh MSC.

2.5.2.3       Perpindahan Antar Sel
Proses handoff terjadi bila pembicaraan yang sedang berlangsung dipindahkan dari satu kanal frekuensi ke kanal frekuensi lainnya. Pada sistem makro sel sistem ini bisa terjadi baik di dalam satu sel maupun antar sel yang lain. Handoff juga bisa terjadi baik pembicaraan antar pemakai unit bergerak dengan pelanggan telepon konvensional ataupun antar sesama pemakai unit bergerak. Ada dua tipe handoff, yaitu :
1. Berdasarkan kuat sinyal terima yang dipantau oleh base station dari unit bergerak.
2.  Berdasarkan rasio carrier terhadap interferensi.
Banyaknya handoff yang diperlukan pada suatu pembicaraan tergantung pada lamanya waktu pendudukan dan besar kecilnya ukuran sel. Semakin besar ukuran dari sel maka probabilitas handoff semakin kecil, sedangkan semakin lama waktu pendudukan maka probabilitas handoff semaki besar. Ada dua keadaan dimana handoff tidak dapat dilakukan, yaitu ;
1. Bila unit bergerak berada pada daerah hole (daerah yang tidak terjangkau sinyal dari base station) selama lebih dari 5 detik.
2. Bila unit bergerak berada di perbatasan sel, tetapi pada sel yang bai tidak ada kanal yang kosong.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar