BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perkembangan Teknologi GSM
Sistem komunikasi
bergerak seluler adalah sistem komunikasi yang digunakan untuk memberikan
layanan jasa telekomunikasi bagi pelanggan bergerak. Disebut sistem seluler
karena daerah layanannya dibagi-bagi menjadi daerah kecil-kecil yang disebut
sel. Pelanggan mampu bergerak secara bebas di dalam area layanan sambil terus
berkomunikasi tanpa terjadi pemutusan hubungan, dimana salah satu atau keduanya
bergerak atau diam pada suatu lokasi tertentu dan dihubungkan oleh terminal
tetap yang disebut Base Station.
2.1.1 SejarahGSM
Sistem komunikasi
bergerak selular analog yang beroperasi di Eropa bersifat sangat regional,
dimana masing-masing negara mengoperasikan sistem yang berbeda dan tidak
kompetibel satu dengan lainnya, akibatnya setiap sistem hanya dapat
dioperasikan di wilayah negara tertentu. Kondisi ini sangat tidak menunjang
kegiatan mobilitas masyarakat negara Eropa yang sering berada di negara lain,
baik untuk tujuan bisnis maupun wisata, belum lagi ditambah dengan rencana
terbentuknya European Community, kondisi tersebut sama sekali dapat
dipertahankan.
Atas dasar pemikiran
tersebut dan tanpa merugikan salah satu sistem yang telah beroperasi, serta
untuk menciptakan sistem yang jauh lebih baik dari yang sudah ada, maka
Perancis (France Telecom) dan Jerman (Bundespost) sepakat untuk
memelopori munculnya teknologi digital seluler yang kemudian dikenal dengan
nama GSM, dengan dukungan dari Industri telekomunikasi kedua negara tersebut.
Melalui pengkajian yang
sangat mendalam, akhimya ETSI (Europen Telecomunication Standar Institute) dapat
menerima GSM sebagai standar Eropa pada pertengahan tahun 1991, dengan
munculnya system GSM yang sudah terstandarisasi tersebut, sistem lain yang
beroperasi di Eropa perlahan-lahan hilang.
Pada mulanya sistem
telepon bergerak (STB) dirancang dengan memilih satu kanal atau lebih dari
alokasi frekuensi tertentu yang digunakan pada daerah pelayanan yang luas, STB
seperti ini dikenal dengan sistem yang konvensional. Dalam sistem ini, satu base
station mengelola semua proses pembicaraan, sehingga memerlukan daya pancar
yang tinggi untuk mencakup seluruh layanan dan satu kanal frekuensi tidak dapat
digunakan lagi (unreuse) dalam sistem yang sama. Dengan demikian jumlah
pemakai dibatasi oleh jumlah kanal frekuensi yang ditetapkan dalam sel tersebut
sehingga kapasitas pemakai menjadi terbatas.
Karena keterbatasan
tersebut kemudian dikembangkan sistem yang membagi daerah layanan yang luas
menjadi beberapa sub area (sel) yang saling bersentuhan, sistem ini dikenal
sebagai sistem selular. Dalam sistem selular, pelanggan yang bergerak keluar
dari cakupan suatu sub area akan dipindahkan dari sel yang satu ke sel yang
lain melalui proses handover handoff. Sistem ini mempunyai keuntungan antara lain jumlah pelangggan
yang besar dan memiliki kualitas layanan yang lebih baik dari sistem
konvensional.
2.2 Konsep Dasar Telepon Seluler
2.2.1 Konsep Sistem
Seluler
Sistem radio seluler
membagi wilayah layanan dalam beberapa daerah cakupan yang kecil (sel) yang
tersusun sedemikian rupa sehingga mencakup seluruh wilayah layanan. Agar
sel-sel tersebut tersusun secara sistematis, maka harus mempunyai bentuk sel
yang sama dan beraturan. Bentuk sel tersubut terdapat dalam bermacam-macam pola
geometris sel, diantaranya segitiga sama sisi, bujur sangkar atau segi enam
sama sisi (heksagonal) namun yang paling dikenal adalah bentuk segi enam sama
sisi (heksagonal).
Secara prinsip bentuk
sel yang sebenarnya tergantung pada keadaan geografis sehingga membentuk suatu
sel yang tidak beraturan. Tetapi untuk mempermudah perencanaan dan pertimbangan
ekonomis maka bentuk sel heksagonal merupakan bentuk yang paling cocok dalam sistem
radio seluler.
Hal ini disebabkan sel
heksagonal memerlukan jumlah yang lebih sedikit untuk mencakup suatu wilayah
layanan dibandingkan dengan bentuk sel-sel yang lain.
Untuk mendapatkan suatu
perencanaan seluler yang optimal maka perllu dipertimbangkan pengukuran sel
yang akan diterapkan. Ukuran dengan radius yang besar akan membutuhkan daya
pancar yang besar dan lalu lintas yang ditangani BS akan besar. Dengan radius
yang kecil maka kapasitas lalu lintas jaringan akan bertambah sehingga daya
pancar yang dibutuhkan menjadi kecil tapi akan sering terjadi proses handover
karena radius se| kecil serta jumlah BS yang banyak. Karena itu untuk
mendapatkan suatu jaringan seluler yang optimal diperlukan adanya suatu
pengaturan ukuran sel, sesuai dengan letak geografis dan kepadatan lalu lintas
komunikasi.
2.2.2 Luas Daerah Cakupan Sel
Secara ideal luas
cakupan suatu sel adalah suatu lingkaran dengan base station terletak pada
pusat lingkaran, dalam prakteknya tidak mungkin mencakup 100% daerah layanan
dengan bentuk lingkaran ini karena adanya countour daerah cakupan dan jenis
antena yang digunakan. Karena bentuk ideal tersebut tidak dapat dicapai, maka
untuk analisis sistem seluler mengisi (Countour of Intertiking Hexagons) dengan
base station terletak pada pusatnya. Model ini paling cocok untuk mendekati
bentuk ideal suatu lingkaran dan mudah untuk dilakukan sektorisasi. Daerah
cakupan untuk bentuk sel heksagonal yaitu :
1. Pelayanan sistem
radio selular dalam bentuk sel-sel
2.
Sel mempunyai bentuk yang sama dan beraturan agar tersusun secara sistematis.
3.
Bentuk sel yang paling sering dipakai berupa segi enam sama sisi (Heksagonal)
dan bentuk yang paling ideal berupa lingkaran.
4. Secara ideal cakupan
sel berupa lingkaran.
5.
Secara analisis/fisik cakupan sel berupa segi enam dengan tujuan agar mudah
untuk sektorisasi, mempermudah perencanaan dan pertimbangan ekonomis serta
jumlah sel lebih sedikit dari bentuk yang lain.
6. Ukuran radius sel
besar sehingga daya yang dibutuhkan besar.
7. Ukuran radius sel kecil akan sering terjadi Handover.
8.
Bentuk sel secara nyata berkurang karena Countour daerah cakupan dan jenis
antenna yang digunakan.
2.2.3 Pembelahan Sel (Cell
Splitting)
Apabila trafik density
mulai terjadi dan kanal frekuensi pada
masing-masing sel tidak cukup untuk mencakup panggilan, sel asli dapat diubah
menjadi sel-sel yang lebih kecil. Biasanya radius baru sebesar setengah radius
asli.
Radius sel baru = radius sel lama ........................................................ (2.1)
2
Berdasarkan persamaan di atas, maka :
Radius sel baru = area sel lama ......................................................... (2.2)
4
Masing-masing sel baru membawa beban trafik maksimum yang sama
dari sel lama.
Beban trafik baru = 4x beban
trafik lama .......................................... (2.3)
unit area unit area
Ada dua teknik pembelahan sel yaitu :
1. Permanent
Splitting. Dalam teknik ini instalasi setiap pembelahan sel baru harus
direncanakan untuk menghadapi waktu yang akan datang. Jumlah kanal, daya
pancar, penyiapan frekuensi, pemilihan cell-site, serta perkiraan beban trafik
yang akan ditanggung setiap sel semuanya harus dipertimbangkan.
2. Dynamic Splitting. Bentuk dari dynamic
spilitting didasarkan pada efisiensi penggunaan alokasi spectrum frekuensi pada
saat yang tepat. Dimana pada metode ini dihindari pemutusan pelayanan total,
karena pembelahan sel dilakukan secara bertahap.
Pembelahan
atau pemecahan sel (Cell Spilitting), terjadi karena :
1. Jumlah pelanggan bertambah sehingga kepadatan trafik bertambah.
2.
kanal frekuensi pada sel tidak melayani dengan baik permintaan panggilan dari
pelanggan.
Dari dua kondisi tersebut diatas maka sel perlu dipisahkan menjadi
sel-sel yang lebih kecil (pembelahan sel). Akibat yang dapat ditimbulkan dari
adanya pembelahan sel adalah :
1. Daya pancar BTS baru lebih kecil sehingga
gangguan antar kanal lebih kecil atau minimum.
2. Mekanisme handover sering terjadi.
3. Pemasangan BTS baru mambutuhkan biaya yang sangat banyak.
2.2.4 SrukturSel GSM
Untuk mendapatkan
perencanaan sel yang optimum dalam suatu daerah diperlukan adanya studi traffic
dan analisa cakupan. Langkah ini akan membantu dalam penentuan lokasi site
suatu cakupan dari kapasitas pelanggan dalam site tersebut. Dalam hal ini
operator dapat memilih pola reuse baik omni sel maupun sektor sel PT. Telkomsel
memilih sector sel, karena sector sel menggunakan antena directional yang
memfokuskan sinyal pada suatu arah. Dengan sektorisasi maka frekuensi dapat
dihemat dan frekuensi dapat digunakan ulang. Konfigurasi yang dipakai dalam GSM
adalah 3/9 sel cluster atau 3 site dengan 3 sel per site. Pada gambar 2.1
ditunjukan struktur sel baik omni sel maupun sector sel.
Gambar 2.1 strukture sel
2.2.4.1 Propagasi GSM
Sinyal yang
diradiasikan dari suatu antena akan mengalami pengurangan daya sebagai suatu
fungsi dari jarak antara penerima dan pengirim, dalam ruang hampa udara kuat
sinyal akan menurun sebanding dengan kebalikan kuadrat jarak.
Pada sistem komunikasi
bergerak, penurunan kuat sinyal akan mengecil sebanding dengan kemiringan rugi
lintasan propagasi yang mempunyai variasi sebagai berikut :
C= R-g
=aR-g
Dengan C adalah daya terima, R adalah jarak antara pemancar ke
penerima, dan a adalah konstanta. Harga g pada GSM tertetak antara 3 dan 4
bergantung pada kondisi daerah seperti keadaan alam, daun-daunan atau
tumbuh-tumbuhan, kondisi cuaca dan derau radio buatan manusia.
2.2.5 Frekuensi
Frekuensi kerja yang
ditentukan untuk pengoperasian system GSM menurut CEPT adalah pada frekuensi
900 MHz, dengan alokasi sebagai berikut :
1. 890-915 MHz untuk
pemancaran dari MS ke BTS (uplink)
2. 935-960 MHz untuk
pemancaran dari BTS ke MS (downlink)
Masing-masing pasangan frekuensi tersebut memiliki lebar pita
(bandwidth) sebesar 25 MHz dan dibagi menjadi 124 kanal dengan lebar tiap kanal
sebesar 200 KHz. Untuk sistem full duplex, dibutuhkan spasi frekuensi antara pemancar
dan penerima sebesar 45 MHz.
2.3 Trafik
Trafik adalah sejumlah
pelanggan yang dilayani untuk menduduki suatu saluran. Trafik dapat juga
didefinisikan sebagai perpindahan informasi dari suatu tempat lain melalui
media komunikasi yang diukur dengan lamanya waktu pemakaian janngan. Teori
trafik pada dasarnya merupakan rangkaian proses trafik telekomunikasi yang
dibangkitkan oleh pelanggan.
Istilah-istilah dalam trafik adalah sebagai berikut:
1.
Offer Trafik (trafik yang ditawarkan) mempakan intesitas trafik yang datang
pada saluran untuk diolah.
2.
Bloked Trafik (trafik yang tidak diteruskan) merupakan intensitas trafik yang
ditawarkan melebihi kapasitas saluran yang tersedia.
3. Over Flow Trafik
merupakan saluran dari bloked trafik.
4. Carried Trafik
merupakan trafik yang berhasil diolah.
2.3.1 Satuan Trafik
Nilai satuan trafik
adalah Erlang yang diambil dari nama seorang ahli matematika berkebangsaan
Denmark yaitu Agner K Erlang (1878-1929). Satu Erlang dapat didefinisikan
sebagai besar beban yang menduduki satu kanal dan pendudukan sirkit selama satu
jam. Satu Erlang juga dapat diasumsikan sebagai kepadatan trafik didalam satu
kanal.
2.3.2 Kapasitas Trafik
Kapasitas Trafik
merupakan kapasitas jaringan seluler yang menunjukan kemampuan jaringan tersebut
untuk dapat melayani berlangsungnya hubungan komunikasi dalam wilayah sel
tersebut.
2.3.3 Parameter Trafik
1.
Volume Trafik didefinisikan sebagai lamanya waktu pendudukan (satuan detik,
menit, dan jam).
V = n
x h
Dimana:
V = volume trafik (detik, menit, jam)
N = jumlah panggilan perpelanggan pada 1 jam sibuk
H = rata-rata waktu pelayanan jam sibuk
2. Intensitas Trafik didefinisikan sebagai
jumlah pendudukan rata-rata yang menduduki kanal selama periode waktu tertentu.
Dimana
:
A = intensitas trafik
N = jumlah panggilan per pelanggan pada 1jam sibuk
H = rata-rata waktu pelayanan jam sibuk ( detik)
T = periode pengukuran (detik)
3. Holding Time adalah lamanya panggilan
menduduki susatu kanal. Konsep jam sibuk (Busy Hour) merupakan periode 60 menit
terus menerus dimana selama itu terjadi intensitas trafik yang paling padat.
2.3.4 Kongesti Trafik
Kongesti trafik adalah
keadaan dimana semua server sedang dalam keadaan diduduki panggilan secara
bersamaan pada suatu waktu. Pelayanan kongesti ada dua macam antara lain :
1. Sistem Tunda (Delay
Sistem)
Saat terjadi kongesti,
sejumlah panggilan tidak segera dilayani tetapi disimpan dalam ruang tunggu
sampai tiba waktunya dilayani.
2. Sistem hilang (Loss
Sistem)
Saat terjadi kongesti, panggilan
yang datang ditolak (Reject Call) dan hilang (Lost Call).
2.3.5 Formula Trafik
Formula trafik yang
sering digunakan adalah distribusikan Ertang B (dengan menggunakan table Erlang
B). jumlah pelanggan maksimum tiap Base Station ditentukan oleh banyaknya kanal
tersedia dari GOS (Grade Of Service).
2.4 Arsitektur Jaringan GSM
Susunan umum dari jaringan GSM diperiihatkan pada gambar 2.2
GSM NETWORK
|
|
Gambar
2.2 Arsitektur Jaringan GSM
2.4.1 Stasiun Bergerak / Mobile Station (MS)
MS adalah peralatan
luar yang dapat terpasang di kendaraan atau berupa handphone (telepon genggam).
MS mempunyai daya output sesuai dengan jenisnya. MS adalah perangkat yang
berdiri sendiri (stand alone) untuk layanan atau mendukung hubungan pada
terminal external. MS terdiri dari Mobile Equipment (ME) dan a
Subscriber. SIM adalah modul subscriber yang menyimpan semua informasi yang
bersangkutan dengan pelanggan. Apabila SIM subscriber dimasukan ke dalam ME
sebuah MS, MS tersebut menjadi milik subcribers dan panggilan akan dikirim ke
MS tersebut. ME tidak berhubungan dengan nomor panggilan ME berhubungan dengan
SIM. Dalam hal ini, ME dapat digunakan oleh seorang subscriber apabila SIM
dimasukan ke ME.
Tabel 2.1
Pembagian jenis MS pada GSM 900
Jenis
|
Daya output (dBm)
|
Sensitivitas (dBm)
|
2
|
39
|
-106
|
3
|
37
|
-106
|
4
|
33
|
-104
|
5
|
29
|
-104
|
2.4.2 Sistem Stasiun Dasar
/ Base Station Subsystem (BSS)
BSS terdiri dari dua
bagian yaitu : Stasiun Pemancar Dasar (BTS) dan Stasiun Pengontrol Dasar (BSC)
yang menangani pemancaran atau penerimaan dan fungsi control. Fungsi dari BSS
adalah menyediakan penghubung antara jaringan tetap yang menjpakan bagian dari
GSM dan jaringan radio.
Sejumlah pesawat
pelanggan dapat dihubungkan ke BSS. Selain itu BSS juga mempunyai sebagian
fungsi switching untuk menghubungkan kanal radio ke control level berikutnya
pada system GSM yaitu pada pusat penghubung bergerak (MSC).
2.4.2.1 Base Tranceiver Station (BTS)
Pada BTS frekuensi
penerima (uplink) adalah 890-915 MHz dan frekuensi pancaran (downlink) adalah
935-960 MHz dengan sensitivitas sebesar -104 dB.
Transmisi sinyal suara
atau data secara tidak terus menerus (discontinues transmission) untuk menekan
tingkat interface yang dihasilkan oleh jaringan pada saat sinyal suara atau
data tidak terdeteksi, oleh sebab itu transmisi sinyal suara atau data hanya
akan dilakukan jika hanya terdeteksi.
Tiap sel memiliki satu
BTS yang menjamin komunikasi radio antar MS sel dan MS dengan jaringan
penghubung telepon umum/public switched telephone network (PSTN). Fungsi utama
dari BTS adalah menjaga dan memonotoring koneksi ke MS dalam satu sel. BTS
dapat menggunakan antenna omni directional (kesegala arah) atau three
directional (tiga arah).
Base Tranceiver Station
(BTS) berisi semua peralatan radio yang diperlukan untuk operasi pada sel.
Beberapa BTS dihubungkan ke sebuah Stasiun Penggontrol Dasar (BSC). BTS melalui
BSC dihubungkan ke Pusat Penghubung Bergerak (MSC) yang berfungsi sebagai pusat
penghubung BTS merupakan bagian yang berhubungan langsung dengan MS melalui
gelombang radio.
BTS dilengkapi dengan
antena omni directional (segala arah) atau antena sektoral (umumnya
digunakan 120). Hubungan antara stasiun dasar dan stasiun bergerak merupakan
bagian penting da system telepon yang bergerak (GSM).
2.4.2.2 Base Station Controller (BSC)
Base Station Controller
(BSC) adalah interface antara puss
penghubung bergerak (MSC) dan stasiun dasar. BSC dapat melayar satu atau
beberapa sel dan beberapa BIS yang melayani sel-sel. BS( juga mengontrol
handoff yaitu mengendalikan perpindahan sel dai satu sector (daerah) ke sector
lain. Perpindahan ini baik yang beradi antara stasiun dasar ataupun yang berada
antara MSC. BSC berfungsi sebagai berikut :
1. Mengontrol sel-sel yang dikelola
2. Pemeliharaan dan operasi dari berbagai BTS.
3. Mengontrol Handover
4. Konsentrasi trafik
5. Pengelolaan sumber radio
Adapun fungsi dari BSC
adalah pengaturan Mobilitas Pelanggan yang bergerak pindah-pindah, keluar dari
satu sel dar masuk ke sel lain. Dalam proses ini diperlukan waktu peralihan
namun pembicaraan tidak boleh terasa adanya perubahan atau terasa terputus.
Pada system GSM waktu terputusnya pembicaraan terpendek dibanding sistem
selular lain.
2.4.2.3 Network Switching Subsystem (NSS)
Fungsi utama dari
bagian ini adatah melakukan fungsi penyambungan (switching) bagi MS atau
jaringan tetap yang dibutuhkan untuk menghubungkan MS ke jaringan tetap
(PSTN/ISDN) atau ke jaringan radio lainya. NSS juga mengatur data base (data
pelanggan dan data jaringan), dan mengatur macam signaling yang digunakan untuk
membuat dan memutuskan hubungan.
Fungsi pokok dalam NSS Meliputi :
1. Mobile Service Switching
Center (MSC)
MSC merupakan inti dari
jaringan GSM, fungsinya untuk menghubungkan pelanggan bergerak ke PSTM atau ke
PLMN lainya, untuk menangani permintaan panggilan, MSC dapat mengakses
informasi dari ketiga database GSM, yaitu Home Location Register (HRL), Visitor
Location Register (VLR) dan Authentication Center (AuC). MSC meng-update
ketiga database tersebut sesuai informasi terakhir dari status panggilan
dan posisi pelanggan.
2. Equipment Identity
Register (EIR)
EIR menyimpan identitas
peralatan dari MS (Mobile Station). Dengan informasi ini MSC dapat
mengecek apakah peralatan dari sebuah pelanggan bergerak orang yang berhak,
sedang
diteliti, atau tidak.
Dalam EIR keadaan MS disusun dalam tiga daftar yaitu:
a.
Daftar
untuk MS yang berhak
b.
Daftar abu
untuk MS yang sedang diteliti
c.
Daftar
hitam untuk MS yang tidak berhak. Ketika EIR menerima suatu permintaan dari MSC
maka ia akan mencari IMEI (International Mobile Equipment Identity) yang
ada dalam database apakah termasuk dalam daftar hitam, abu atau putih dan
mengirimkan kembali data tersebut ke MSC yang menentukan apakah IMEI tersebut
masuk dalam satu daftar tersebut atau tidak dikenal.
3. Authentication Center (AuC)
AuC adalah
pengukuran keamanan dan
memperoteksi informasi pesawat
pelanggan terhadap penggunaan media
udara. Database AuC juga diproteksi
terhadap mekanisme akses yang tidak berhak.
4. Home Location Register (HRL)
HRL menyimpan semua
data-data yang berhubungan dengan pesawat pelanggan. Data statis berisi
kapabilitas yang masuk maupun yang keluar dalam area pelayanan MSC tersebut.
Data disimpan dalam VLR mengikuti pelanggan jika memasuki area lain.
2.5 Roaming dan Handoff
2.5.1 Roaming
Roaming adalah fasilitas tambahan yang dimiliki oleh suatu sistem komunikasi
bergerak selular, dimana memungkinkan seorang pelanggan dapat memanggil
pelanggan lain tanpa perlu mengetahui kedudukan atau posisi pelanggan tersebut.
Roaming terjadi apabila seorang pelanggan melakukan panggilan melalui MTSO lain
dan biasanya melalui MTSC dimana mereka berada. Hal ini biasanya dilakukan oleh
pelanggan yang sedang berpergian yang telah meninggalkan daerah asalnya.
Roaming hanya dapat terjadi berdasarkan suatu perjanjian atau kesepakatan
dan hanya dapat dilakukan dalam sistem yang sama. Roaming tidak dapat terjadi
pada sistem yang berbeda, karena adanya perbedaan teknologi.
2.5.2 Handover
2.5.2.1 Mekanisme Handover
Hand off yaitu proses otomatis pergantian frekuensi ketika unit mobil
bergerak kedalam daerah atau sel yang mempunyai kanal dengan frekuens berbeda
dengan sel sebelumnya sehingga pembicaraan dijamin akan terus tersambung tanpa
perlu melakukan panggilan kembali.
Gambar
2.3 Mekanisme Hand Off
Pada saat mobile
station melakukan panggilan, kemudian bergerak keluar dari
coverage area base station dimana ia berkomunikasi akan terjadi
pemutusan hubungan tersebut didalam sistem radio selular harus pelimpahan
penanganan atau handover antara base station yang satu dengan
yang lainnya dimana mobile station tersebut berada. Ada beberapa metode
didalam proses handover, tergantung pada teknologi yang digunakan. Di
dalam sistem selular analog, pengontrolan handover oleh sistem dengan
cara secara kontinyu memonitor sinyal yang berasal dari mobile station yang
sedang melakukan panggilan atau call untuk megecek kekuatan dan kualitas sinyal
yang diterima. Ketika sinyal turun dibawah threshold yang ditentukan,
sistem akan mengecek base station lain yang dapat menerima sinyal dari
mobile station tersebut lebih baik. Selanjutnya sistem mengalokasikan kanal
pada base station yang baru untuk meng-handle percakapan mobile
station tersebut, mobile station diperintahkan untuk pindah ke kanal
frekuensi yang baru melalui kanal control. Keseluruhan proses pengukuran,
pengalokasian kanal, dan handover hanya ditempuh dalam waktu yang sangat
cepat sehingga tidak dirasakan oleh pelanggan.
Dalam teknologi
digital, tidak hanya base station saja yang melakukan pengukuran sinyal
penerimaan, akan tetapi mobile station juga turut membantu proses handover.
Mobile station dapat mengukur sinyal yang diterimanya dari base station terdekat
pada saat non-aktif times slots, kemudian hasil pengukuran tersebut dilaporkan
ke jaringan yang menentukan dan melakukan handover.
2.5.2.2 Proses Handover
Proses hand off dengan
cara MS secara terus menerus memonitor sinyal yang dipancarkan dari BTS yang
diduduki oleh BTS lainnya, monitoring meliputi pengukuran sinyal strength dan
BER (Bit Error rate), gabungan pengukuran menentukan network membuat
keputusan handover lebih cepat. BSC mengendalikan handover jika
terjadi antar sel-sel di bawah kendali BSC yang sama. Jika handover melibatkan
sel-sel yang berada di bawah kendali BSC yang lainnya maka proses handover akan
dikendalikan oleh MSC.
2.5.2.3 Perpindahan
Antar Sel
Proses handoff terjadi
bila pembicaraan yang sedang berlangsung dipindahkan dari satu kanal frekuensi
ke kanal frekuensi lainnya. Pada sistem makro sel sistem ini bisa terjadi baik
di dalam satu sel maupun antar sel yang lain. Handoff juga bisa terjadi
baik pembicaraan antar pemakai unit bergerak dengan pelanggan telepon
konvensional ataupun antar sesama pemakai unit bergerak. Ada dua tipe handoff,
yaitu :
1.
Berdasarkan kuat sinyal terima yang dipantau oleh base station dari unit
bergerak.
2. Berdasarkan rasio carrier terhadap
interferensi.
Banyaknya handoff yang diperlukan pada suatu pembicaraan
tergantung pada lamanya waktu pendudukan dan besar kecilnya ukuran sel. Semakin
besar ukuran dari sel maka probabilitas handoff semakin kecil, sedangkan
semakin lama waktu pendudukan maka probabilitas handoff semaki besar.
Ada dua keadaan dimana handoff tidak dapat dilakukan, yaitu ;
1.
Bila unit bergerak berada pada daerah hole (daerah yang tidak terjangkau sinyal dari base
station) selama lebih dari 5 detik.
2.
Bila unit bergerak berada di perbatasan sel, tetapi pada sel yang bai tidak ada
kanal yang kosong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar